24 Desember 2010

"Aku dilangkahi adikku, lagi"

Tadi pagi, tiba2 ada sms masuk. dari seorang teman yang sudah kuanggap saudara. Temen tempat saling curhat. "mbak bisa telp sekarang g?" Begitu isi sms yang dikirim. Agak heran juga karena biasanya kita telponan malem saat aktifitas kerja dan kesibukan di siang hari mulai melonggar. Pasti ada hal yang sangat penting kurasa, sampe dia menyempatkan telpon di waktu2 orang efektif bekerja. akhirnya kami pun berbincang di telpon. Setelah salam seperti biasa, dia mengatakan, finally, aku harus mengalami yang dulu mba rasakan. Suara di seberang terdengar serak, seperti mau menangis. Aku dilangkahi adikku paling bungsu, sambil menahan tangis, dia berusaha menjelaskan. it's second times. Sebelumnya yang kutau dia sudah pernah dilangkahi adiknya. Si adik sudah menemukan tambatan hati terlebih dahulu, sedangkan dia belum diberi rizqi bertemu dengan orang yang bisa diajak untuk berbagi dalam suka dan duka dalam biduk rumah tangga. Dulu ketika pernikahan adik yang sebelumnya, dia bisa tegar berdiri, menghadiri pernikahan adiknya dan berusaha untuk tersenyum. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan tiada air mata yang menetes saat pernikahan berlangsung. Untuk kali kedua ini, hantaman itu terasa lebih berat, karena si kecil yang belum lulus kuliah ternyata punya keinginan untuk melangkahinya menikah lebih dulu. Jarak umur yang begitu jauh membuatnya tidak mengira dia akan bisa dilangkahi si kecil. Percakapan kami tidak terlalu lama, hanya sekitar 10 menit itupun masih dipotong 5 menit dia menangis tanpa kata. Hanya isak yang terdengar.

Jodoh, itu adalah sebuah misteri. Ga ada satupun manusia yang bisa memprediksi siapa yang akan bersanding dengannya. Yang lebih tua bukan berarti dia akan mendapatkan jodoh lebih dulu, begitu juga sebaliknya. Belum tentu yang muda mendapatkan jodoh lebih akhir dibanding yang lebih tua. Ibarat kapal yang akan berlayar, yang muatannya penuh duluanlah yang akan berlayar terlebih dahulu dan ga mungkin kapal yang masih belum ada penumpangnya dipaksa berlayar duluan. Begitu pula dengan pernikahan, yang diberikan kesempatan Allah untuk bertemu dengan jodohnya duluanlah yang akan berlayar terlebih dahulu. Bagi yang belum diberi kesempatan itu, harus bersabar menunggu hingga muatan penuh. Siapa juga sih yang mau dan pengen telat mendapatkan pendamping hidupnya? Kata seorang kawan, hidup itu adakalanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan. Terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dan sebagainya. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tetapi Allah jua yang menentukan. Jodoh, rizki juga ajal sudah ada yang menentukan. Kapan kita akan bertemu dengan si dia atau dimana kita akan dipertemukan dengan si dia, dan dengan cara apa kita dipertemukan, hanya Allah yang tau. Sudah ditakar masing-masing untuk manusia. Tidak akan pernah tertukar dengan yang lainnya. Point penting bagi kita adalah ikhtiar kita. Adapun hasil, sepenuhnya bukan hak kita untuk menentukannya. Keputusan itu mutlak hanya di tangan Allah. Kita manusia tidak berhak sedikitpun di lahan ketentuan hasil. Manusia hanya berada di wilayah ikhtiar untuk melakukan yang terbaik yang bisa dia lakukan dan melakukan usaha-usaha agar sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah.

Jika kita mengalami kejadian seperti ini dan merasa sedih, itu adalah hal yang sangat sangat wajar. Manusiawi sekali dan menunjukkan bahwa kita memang manusia seutuhnya yang memiliki rasa sedih. Bukan malaikat yang tidak pernah merasakan sakit hati atau indahnya ketika jatuh cinta. Bukan berarti ini pembenaran agar kita boleh terpuruk dalam kesedihan. Ketika Allah memberikan satu ujian bagi kita, artinya Allah menganggap kita mampu mengatasinya. “Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha”. Sesungguhnya Allah tidak pernah membebani seseorang di luar kemampuannya. Jika sekarang kita ditempatkan pada posisi yang belum dipertemukan jua dengan pasangan kita, artinya Allah menganggap kita sebagai pribadi yang kuat untuk menjalani ujian ini. Belum tentu orang yang sudah menikah, ketika diberi ujian dalam kesendirian menunggu pasangannya bisa kuat menghadapi ujian ini. Begitupun sebaliknya, jika kita masih belum dikasih kesempatan untuk menikah, artinya bisa jadi ketika kita diberi kesempatan Allah untuk menikah, kita tidak atau belum sanggup membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Atau bisa jadi kita tidak atau belum sanggup untuk mendidik anak-anak kita untuk menjadi jundi yang berkualitas. Allah sudah tau proporsi kita masing2 dan memberi ujian yang pas buat kita agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Menjadi manusia yang lebih kuat dari sebelumnya. Senantiasalah untuk berhusnudzan pada Allah. Bisa jadi kita diberi kesempatan menjadi lajang lebih lama juga bukan tanpa maksud. Allah memberi kesempatan kita dengan waktu luang kita yang bisa kita gunakan untuk hal yang bermanfaat. Banyak aktivis dakwah yang berguguran justru ketika dia diberi kesempatan menikah karena sedikitnya waktu yang tersisa. Sedangkan kita yang masih lajang, begitu banyak waktu luang yang bisa kita manfaatkan. Seorang teman dari jakarta, pernah bercerita padaku. Dia sudah dikaruniai 3 anak karenanya untuk berbelanja dan sekedar window shopping pun dia ga sempat. Jikapun mau menyempatkan diri, dia harus nyewa seseorang hanya sekedar jaga anak-anaknya agar ga lari-lari di mall. Bisa bahaya kalo sikecil jatuh dari eskalator karena lari-lari. Bandingkan dengan kita yang masih lajang. Kapanpun mau jalan-jalan atau window shopping, selalu ada waktu. Kita bisa beraktifitas apapun yang kita mau. Ketika masih lajang, kita mau masak kapanpun kita mau juga ga ada yang marah kan? Mau masak dua hari sekali juga OK. Berbeda lagi kalo kita sudah menikah. Kita punya kewajiban memenuhi hak makan anak-anak kita, juga pasangan kita. Kita mau bermanja diri di hari minggu dengan kesibukan apapun, ga ada yang melarang dan ga perlu minta ijin pasangan kita. Mau belanjain uang kita untuk beli baju dan pernak pernik lain pun masih bisa kita lakukan dengan lebih mudah, bisa dibandingkan ketika kita menikah. Jelas kita berdosa bila dengan enaknya membuang uang untuk shopping jika anak-anak di rumah makan makanan yang kurang terjamin dan kurang gizi, betul kan? Kita masih diberi waktu untuk belajar dan menyiapkan diri menjadi calon istri dan ibu yang baik. Justru di saat lajang ini kita bisa belajar bagaimana ilmu mendidik anak dan di saat lajang inilah, saatnya kita ngangsu kawruh, belajar bagaimana menjadi al umm, menjadi madrasatul ula bagi anak-anak kita.

So, selagi kita lajang, nikmati aja hidup kita ini sembari bersyukur atas apapun yang diberikan Allah untuk kita. Jangan lupa untuk selalu berhusnudzan pada Allah bahwa Allah sudah menyediakan seseorang yang akan kita cintai selama hidup kita di saat dan waktu yang tepat dan dengan cara yang indah.
“Ana 'inda 'abdy dzanny by”, sesungguhnya aku sesuai prasangka hambaKU. Jika kita yakin Allah memberikan pasangan pada kita, maka Allah pun pasti memberikannya. Tapi jika kita tidak yakin, maka seperti itu lah yang akan terjadi. Allah tidak akan memberikan pasangan seperti yang kita sangkakan padaNya. Yakin dan percayalah bahwa Allah tidak akan menyia hambanya yang bersabar dan senantiasa husnudzan padaNya. “Wa man yattaqillaha yaj'alahu makhraja wayarzuquhu min haitsu la yahtasib”, barang siapa yang bertakwa pada Allah, maka akan diberikan jalan keluar dan diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Saat ini yang perlu kita lakukan hanya YAKIN dan PERCAYA bahwa Allah akan menjawab semua doa-doa kita. Allah berfirman, “ud'uuny astajib lakum”, berdoalah maka akan Kukabulkan. Bukankah Allah sang Maha menepati janji? Dan siapakah yang perkataannya paling bisa dipegang? Tentunya Allah-lah jawabannya. Dan jikapun doa kita belum kunjung di jawab Allah, jangan pernah berputus asa. “Walaa taiasu min rauhillah”, dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Bersabarlah, karena Allah pasti menjawab doa kita. Terkadang manusia memang selalu tergesa menjudge Allah tidak mau mengabulkan doanya hanya karena dia sudah berdoa beberapa lama. Padahal bisa jadi ALlah menginginkan kita senantiasa dekat dengan-Nya dalam setiap lantunan doa yang kita panjatkan, dalam setiap sujud2 yang kita lakukan dalam shalat kita. Hidup akan terasa ringan dan menyenangkan bila kita selalu ikhlas dalam menerima semua keputusan Allah.

Bagi yang sudah diberi kesempatan untuk menikah, tetapi pernikahannya mungkin tidak berjalan mulus, bersabarlah. Tetaplah untuk senantiasa bersyukur. Ada berapa banyak orang yang sebenarnya menginginkan amanah yang dibebankan pada kalian dalam pernikahan, tetapi Allah masih belum jua memberi kesempatan untuk menerima amanah itu. Sayangi dan cintai pasangan kalian. Jika Allah ternyata memberikan kalian pasangan tidak sesuai dengan yang kalian inginkan bersabarlah. Bahwa dibalik kekurangannya, Allah pasti menciptakan banyak sekali kelebihan padanya. Jikapun masih ada kekurangan, wajarlah, karena si dia juga manusia bukan malaikat. Dua insan yang menikah seharusnya bisa bersama-sama saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing dan bisa saling menguatkan untuk menjadi lebih baik. Semakin besar ujian yang harus dihadapi, maka semakin perkokoh kesabaran. Ingatlah, bahwa Allah tidak menguji hambaNya di luar kemampuannya. Bisa jadi para si lajang belum tentu sanggup menghadapi ujian yang kalian terima dan kalian hadapi dalam pernikahan. Allah memberikan kalian dengan ujian itu karena menganggap kalian mampu menghadapinya. Dan bagi yang baru saja berpisah dengan pasangannya karena perceraian, bersabarlah. Pasti ada hikmah dan anugerah dibalik perceraian itu. Kalian menjadi orang yang lebih kuat, dan husnudzan padaNya bahwa Allah sudah menyiapkan orang yang lebih baik. Adakalanya untuk bertemu dengan pasangan yang pas dan baik itu, kalian harus bertemu dulu dengan pasangan yang salah. Tidak masalah, seburuk apapun yang menimpa, yang terpenting kalian bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari yang telah lalu. Alangkah sayangnya orang yang tidak bisa mengambil pelajaran dari yang dialaminya setelah dia mendapatkan hantaman yang keras karena perpisahan dan perceraian itu. Semoga dari ujian dan cobaan yang telah dialami bisa mendewasakan dan membuat langkah lebih hati hati di masa yang akan datang.
Allahu A'lam..

"Catatan seorang teman" -by R. Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar